https://drive.google.com/file/d/1LVsbQ4Axhxv2FGflk899laLYCxFOey7I/view?usp=sharing
Program CERDIK dan Geser Jadi mantul adalah program dinas kesehatan Tulungagung yang bertujuan untuk mendeteksi dini adanya kemungkinan hal hal yg tidak di inginkan dalam remaja.
CERDIK sendiri memiliki arti yakni, C: Cek Kesehatan Secara Rutin, E: Enyahkan Asap Rokok, R: Rajin Aktivitas Fisik, D: Diet Seimbang, I: Istirahat Cukup, dan K: Kelola Stres.
Sedangkan “Geser Jadi Mantul” juga memiliki arti sebagai Gerakan Serentak Jaring Dini Diabetes Masyarakat Tulungagung. Untuk program-program tersebut akan di launching pada 10 oktober 2022 mendatang.
Boyolangu - Salah satu faktor yang mempengaruhi pelayaan prima adalah kebugaran pegawai, Puskesmas Boyolangu menjadwalkan kegiatan olahraga untuk karyawan setiap hari Jumat pagi. Bertempat di halaman belakang UPT Puskesmas Boyolangu, Jumat (30/09/2022) dengan antusias oleh seluruh karyawan Puskesmas mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilakukan bertujuan meningkatkan kebugaran karyawawan sehigga dapat memberikan pelayanan yang prima ke pasien yang berobat.Kegiatan senam yang dilakukan sangat baik agar kekompakan dan kekeluargaan dari karyawan selalu terjaga.
Kegiatan dilanjutkan dengan pembagian multivitamin untuk menjaga kebugaran karayawan Puskesmas Boyolangu agar tetap sehat dan bugar di kondisi yang masih endemi Covid19
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS. Penyebab HIV/AIDS. HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV
Penyebab AIDS, yaitu:
1. Orang yang berperilaku seksual dengan
berganti-ganti pasangan
2. Pengguna narkoba suntik
3. Pasangan seksual pengguna narkoba
suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV
Penularan HIV/AIDS
1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal)
yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak
steril dan dipakai bergantian
3. Mendapatkan transfusi darah yang
mengandung virus HIV
4. Ibu penderita HIV Positif kepada
bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu
(ASI).
HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Tanda dan Gejala Klinis Penderita HIV/AIDS
1. Berat badan menurun lebih dari 10 %
dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih
dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan
gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati
6. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dapat dicegah dengan memutus rantai
penularan, yaitu :
1. Menggunakan kondom pada setiap
hubungan seks berisiko
2. Tidak menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS,
tetapi yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan virus HIV sehingga
kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus diminum sepanjang hidup.
Mengatasi Kenakalan Remaja
Masa remaja
(12-18 tahun) merupakan masa transisi dari usia anak-anak ke usia dewasa. Pada
masa ini, remaja mempunyai rasa kaingin tahuan yang tinggi akan hal-hal baru.
Erick Erickson dalam teori perkembangan sosial mengklasifikasikan remaja pada
kategori Identitas vs kekacauan identitas. Selama masa ini individu mulai
mengetahui bahwa ia adalah pribadi yang unik namun siap untuk memasuki suatu
peranan yang berarti di masyarakat. Individu juga mulai menentukan identitas
dirinya, orang seperti apa ia, dan ingin menjadi apa ia di masa depan.
Individu
yang berhasil mencapai identitas diri akan menjadi orang dengan karakter yang
kuat dan emosi yang stabil. Namun individu yang gagal akan mengalami kekacauan
pada konsep diri yang dimilikinya. Kekacauan identitas ini dapat ditandai
dengan emosi yang tidak stabil dan resiliensi yang rendah sehingga mudah
dipengaruhi orang lain.
Fase menjadi remaja dapat dikatakan adalah masa yang sulit karena terjadi pada
masa peralihan. Rasa keingintahuan besar dan pencarian akan jati diri yang
tidak terarah menyebabkan banyak remaja terlibat dalam kenakalan. Dilansir dari
Wikipedia, kenakalan pada masa remaja adalah perilaku atau perbuatan yang
melanggar norma, aturan, dan hukum yang ada di masyarakat. Kenakalan remaja
merupakan akibat dari pengabaian sosial yang menyebabkan perilaku menyimpang
seperti bolos sekolah, merokok, minum minuman keras, narkoba, tawuran, seks
bebas, dan masih banyak lagi. Bahkan dalam beberapa kasus, kenakalan remaja
yang ekstrim telah menjerumuskan individu dalam perbuatan kriminal sehingga
harus di proses secara hukum.
Remaja tidak
serta merja terlibat dalam kenakalan remaja. Setidaknya terdapat dua factor
yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal internal adalah faktor yang berasal dari diri
individu itu sendiri seperti krisis identitas. Individu gagal dalam mencapai
identitas sehingga mengalami kebingungan akan konsep diri. Sementara itu,
faktor eksternal adalah faktor yang yang berasal dari luar individu itu
sendiri. Secureteen.com dalam lamannya mengemukakan bahwa faktor
eksternal yang menyebabkan kenakalan remaja adalah perceraian orang tua,
lemahnya komunikasi yang terjalin antara anak dan orang tua, masalah finansial,
dan lemahnya Pendidikan moral.
Kenakalan
remaja di Indonesia telah menjadi sebuah fenomena sosial yang tidak
terbantahkan. Kita dapat melihat di berita-berita bahwa banyak remaja yang
masih berusia di bawah usia 18 tahun yang terlibat dalam aksi pelanggaran
norma, seperti tawuran, narkoba, dan seks bebas. Terutama dengan arus
globalisasi dan kemajuan teknologi, pengaruh buruk yang mengarah pada kenakalan
remaja diprediksi akan semakin mudah mempengaruhi remaja kita. Oleh karena itu,
upaya pencegahan perlu dilakukan sejak dini untuk mengatasi permasalahan
kenakalan remaja.
Kenakalan remaja
dapat diatasi dan dicegah dengan beberapa pendekatan. Orang tua dapat melakukan
langkah-langkah untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja.
Dilansir helpguide.org, orang tua perlu mengenali mana
perilaku-perilaku remaja normal dengan perilaku yang mengarah ke perilaku
negatif sehingga dapat mengambil langkah sedini mungkin. Misalnya, remaja pada
umumnya akan mengikuti trend fashion terkini seperti mengubah gaya
rambut dan penampilan. Sedangkan remaja yang terpengaruh perilaku negatif dapat
menunjukkan perilaku seperti bolos sekolah, turunnya nilai ujian, dan
terlibat dalam perkelahian. Contoh lainnya adalah perdebatan antara orang
tua dan anak. Sebagaimana remaja mulai mencari independensi, ia akan mulai
mempertanyakan semua keputusan orang tua terhadap dirinya yang sering kali
berujung pada perdebatan. Hal ini merupakan hal yang wajar. Namun masalah dapat
menjadi serius ketika remaja menunjukkan peningkatan penolakan terhadap
perintah orang tua dan lebih ekstrim lagi mulai melakukan aksi kekerasan di
rumah. Berikut adalah hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja
1. Mengendalikan Diri Orang tua
kerap kali kehilangan kendali menghadapi perilaku nakal remaja. Jika ingin
mengendalikan remaja, maka hal yang perlu dilakukan adalah mengendalikan diri
sendiri. Orang tua perlu tau kapan waktu berkomunikasi yang tepat untuk nya dan
untuk anak. JIka orang tua masih dalam keadaan marah, maka disarankan untuk
menunggu hingga kemarahan reda. Salah satu ciri umum remaja adalah mereka
senang memprovokasi orang tua sehingga orang tua bereaksi negatif. Oleh karena
itu, orang tua tidak boleh hilang kendali dan harus tenang dalam
menghadapi remaja.
2. Membangun Komunikasi Asertif
Pada masa
remaja, individu lebih senang “curhat” atau mengungkapkan perasaan dan
menceritakan masalahnya kepada teman sebaya. Remaja merasa khawatir dan tidak
nyaman mengomunikasikan dengan orang tua karena takut orang tua akan bereaksi
negatif. Oleh karena itu, cara paling baik agar remaja mau menceritakan tentang
dirinya kepada orang tua adalah dengan membangun komunikasi asertif.
Orang tua
perlu mengajari remaja bahwa mengungkapkan perasaan, baik positif maupun
negatif kepada orang tua adalah hal yang tidak dilarang. Orang tua dapat mengajak
anak berbicara tentang kehidupan, rutinitas, hobi, dan minat mereka. Ini adalah
cara untuk menarik remaja ke dalam percakapan yang lebih serius.
Berikut adalah hal yang dapat dilakukan:
a. Orang tua dapat membuka
percakapan dengan menawarkan minum kopi atau teh bersama agar keduanya dapat
berada dalam kondisi rileks dan nyaman
b. Menemukan kesamaan antara
orang tua anak. Misalnya anak laki-laki dan ayah sama-sama menyukai olahraga,
dan anak perempuan dan ibu menyukai film yang sama.
c. Mendengar tanpa menghakimi.
Anak ingin merasa dimengerti dan bernilai dihadapan orang tua oleh karena itu
orang tua harus fokus dan menunjukkan kontak mata ketika anak berbicara
meskipun anak berbicara menunduk atau menghadap ke arah lain. Ketika anak
berbicara, orang tua harus mendengarkan tanpa menghakimi, menghina,
menginterupsi, dan mengkritisi
3. Membuat Batasan yang Jelas
Orang tua
dan anak perlu duduk bersama membuat aturan dan batasan-batasan jelas. Adapun
batasan dan aturan tersebut harus masuk akal dan dengan alasan yang dapat
diterima. Membuat aturan bersama penting agar anak belajar bagaimana
berkomitmen atas apa yang telah dibuat dan disetujuinya
4. Memahami Kenapa Anak Terlibat dalam
Kenakalan Remaja
Orang tua
cenderung untuk marah dan menghakimi ketika anak berbuat sesuatu yang melanggar
norma, tanpa mengetahui alasan kenapa anak berbuat demikian. Sikap
seperti ini tidak adil bagi anak. Oleh karena itu, orang tua harus menelusuri
penyebab anak menjadi nakal agar langkah dalam mengatasi juga tepat.